Rabu, 07 Juli 2010

THE MEDIA EQUATION
By Reeves dan Naa
Dijabarkan : Hasyim Ali Imran

Teori yang dikemukakan oleh Reeves dan Naa ini mengasumsikan bahwa realitas yang disajikan televisi sebagai sama dengan realitas sosial atau realitas penonton. Dengan kata lain, ada persamaan antara realitas televisi dengan realitas penonton. Jadi konsep yang dijelaskan oleh teori ini adalah realitas, yakni antara yang ada di televise dengan yang ada pada penonton. Realitas sendiri maksudnya yaitu materi pesan yang disajikan dalam media televise dan realitas yang dialami oleh penonton. Dalam upaya membuktikan kebenaran teori ini, yakni apakah memang benar adanya kesamaan realitas antara televise dengan pemirsa, maka dalam operasionalisasinya lebih cenderung akan mengacu pada model teori transmisi atau dengan pola pikir deduktif yang positivistic.

Berdasarkan pengamatan terhadap pemirsa televise, fenomena adanya kesamaan realitas kerap dapat dilihat. Sebagai contoh : Ketika saya bertamu ke rumah tetangga, saya mendapatkan istri teman saya sedang menonton acara fear factor di RCTI. Acara yang sedang disajikan saat itu adalah salah satu peserta yang sedang memakan cacing. Istri teman saya yang menonton itu, menutup matanya dengan kedua telapak tangannya, sembari mengekpresikan responnya dengan suara “iiiiiiiiiiii……. jijikkkkk …….. !!!”. Beberapa detik setelah itu, dia bersuara lagi “Ueekkkkk …. “. Bersamaan dengan suara ini diapun bergegas ke kamar mandi. Respon istri teman saya ini kiranya jelas menjadi bukti kalau dalam proses komunikasi melalui media tv saat itu telah melahirkan salah satu indikasi bahwa antara penonton tv dengan media tv terdapat kesamaan tentang realitas.

Contoh lainnya, yakni ketika di suatu malam di mana lampu-lampu sebagian besar sudah saya matikan, saya mendapatkan anak saya lari ketakutan dari kamar mandi menuju kamar tidur. Saya yang melihatnya berperilaku seperti itupun bertanya, “Kenapa, sih, lari-lari ?!!” Sambil tertawa kecil disertai ekspresi malu-malu, dia menjawab, “Takutt, Pa ….. “. “Gara-gara Kismis, itu aja yang kamu tonton …. !!!” kata saya yang sebelumnya memang melihat anak saya dengan tekun mengikuti acara Kismis di RCTI. Jadi, perilaku anak saya ini mencerminkan adanya indikasi persamaan antara realitas penonton dengan realitas tv. Apa yang barusan ditonton anak saya di Kismis RCTI itu, yakni cerita tentang hantu-hantu, dianggap hantu-hantu itupun sebagai sesuatu yang real di dalam rumahnya dan karena itu membuatnya jadi takut yang diindikasikan dengan perilaku “lari-lari”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar